Makanan Unik Asal Jepang Ikan Fugu, Yaitu Ikan Buntal Yang Terkenal Karena Bisa Menjadi Hidangan Yang Lezat Namun Berbahaya. Fugu
Yogyakarta Di Sebut Sebagai Kota Pelajar & Kota Pendidikan
Yogyakarta Di Sebut Sebagai Kota Pelajar & Kota Pendidikan

Yogyakarta Di Sebut Sebagai Kota Pelajar & Kota Pendidikan

Yogyakarta Di Sebut Sebagai Kota Pelajar & Kota Pendidikan

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Yogyakarta Di Sebut Sebagai Kota Pelajar & Kota Pendidikan
Yogyakarta Di Sebut Sebagai Kota Pelajar & Kota Pendidikan
Yogyakarta Di Sebut Sebagai Kota Pelajar & Kota Pendidikan Di Indonesia Dan Bagaimana Sejarah Awal Di Katakan Menjadi Kota Pelajar. Kota Yogyakarta mempunyai banyak sekali julukannya yang hingga saat ini julukan tersebut masih di gunakan oleh banyak masyarakat di seluruh Indonesia. Banyak yang menyebut jika Kota Yogyakarta adalah Kota Pendidikan, Kota Budaya, Kota Seniman, Kota Perjuangan, Kota Pelajar, Kota Wisata, Kota Bakpia dan Kota Gudeg. Tidak heran mengapa Yogyakarta di juluki Kota Pelajar, karena di kota inilah tempat berdirinya universitas-universitas terbaik milik Indonesia.
Berikut kami akan menjabarkan asal mula Kota Yogyakarta di katakan sebagai Kota Pelajar dan Kota Pendidikan. Kedua julukan tersebut telah melalui waktu yang panjang sejak tahun 1900-an. Di katakan sebagai Kota Pelajar bukan karena julukan itu di berikan oleh pemerintah, namun karena kota ini telah di bangun untuk para pelajar sejak zaman dahulu, yaitu zaman nenek moyang kita. Julukan tersebutpun di lestarikan dan di jaga hingga kini secara turun temurun oleh masyarakat kita. Banyak yang mengatakan bahwa Keraton Yogyakarta memiliki peran yang penting terhadap julukan Kota Pendidikan tersebut.
Keberadaan dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Jogja dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat menengah kebawah agar mereka sadar akan pendidikan yang penting dan pembelajaran bagi masyarakat. Pada zaman 1500 Masehi, pembelajaran pendidikan di laksanakan di sebuah padepokan yang di ajar oleh seorang Pandeta Jnanabadra atau guru. Pada zaman tersebut, pembelajaran yang di berikan berupa menghapal, menirukan dan menuruti perintah dari guru. Kemudian pada tahun 1800 – 1900, pusat pembelajaran di laksanakan di sekitar Kraton Jogja. Pusat pembelajaran tersebut di beri nama “Sekolah Tamanan & Gubernemen” siapapun bisa mendapatkan pendidikan, baik bangsawan maupun rakyat jelata.

Pendidikan Di Kota Yogyakarta

Pada tahun 1900 sampai era Kebangkitan Nasional Indonesia, Pendidikan Di Kota Yogyakarta masih mengikuti pengajaran Belanda. Hal itu terbukti dengan berdirinya Sekolah Rakyat pertama di Kota Yogyakarta pada tahun 1870. Sekolah yang di dirikan yaitu Schakel School, MULO, Holland Inlandsche School dan masih banyak lagi. Pada saat itu, yang di pelajari dari sekolah tersebut merupakan pembelajaran mengenai, tata krama, pendidikan kesejahteraan rumah tangga, dan budaya. Seperti yang kita ketahui, bahwa kehadiran Belanda telah menjajah bangsa Indonesia dan membawa penderitaan yang besar bagi rakyat Indonesia.
Pada saat itu, pendidikan yang di kembangkan di Yogyakarta banyak di campuri oleh bangsa Belanda. Karena, Belanda masuk ke negara Indonesia dengan melakukan pendekatan kepada para raja. Hal inilah yang akhirnya membuat bangsa Belanda memiliki pengaruh yang besar dalam pendidikan di Yogyakarta. Bangsa Belanda memberikan pelajaran mengenai pengetahuan budaya, pertanian, politik dagang, hukum, kebudayaaan, hingga bahasa. Sekolah-sekolah yang di tinggalkan bangsa Belanda di Kota Jogja hingga saat ini masih tetap eksis dan populer yaitu SMP Negeri 5 Yogyakarta dan SMA Negeri 3 Yogyakarta.
Maka dari itu, para tokoh nasional Indonesia-pun mulai bangkit untuk mendirikan lembaga-Iembaga nonkooperatif dan kooperatif dalam bidang pendidikan nasional. Tokoh-tokoh tersebut ialah Wahidin Sudirohusodo yang memiliki cita-cita untuk memajukan bangsa Indonesia lewat pengajaran dan pendidikan. Perjuangan dari Wahidin mampu memberi semangat Soetomo dan juga para pelajar di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen. Soetomo kemudian berhasil mendirikan organisasi Boedi Oetomo atau sekarang kita menyebutnya Budi Utomo. Budi Utomo merupakan organisasi para pemuda yang beridiri pada tahun 1908 dan pusatnya berada di Jakarta. Budi Utomo bercita-cita untuk bisa meningkatkan martabat dan derajat negara Indonesia melalui pendidikan.

Sekolah Muhammadiyah

Pada tahun 1912-an, organisasi Muhammadiyah di dirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan dan kemudian lahirlah Sekolah Muhammadiyah lainnya di Kota Yogyakarta. Kemudian tahun 1919, untuk pertama kalinya kota tersebut mendirikan Sekolah Teknik. Selanjutnya Ki Hajar Dewantara juga mendirikan sekolah Taman Siswa pada 3 Juli tahun 1992. Sekolah ini menjunjung tinggi patriotik, cinta bangsa dan tanah air, dan generasi muda yang berkebangsaan. Maka dari itu lahirlah Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei yang di ambil dari hari lahir Ki Hajar Dewantara yang telah berhasil memberikan pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan pendidikan nasional di Indonesia. Hingga saat ini, setiap tanggal 2 Mei kita akan mengadakan upacara untuk menghormati Hari Pendidikan Nasional tersebut. Kemudian pada tahun 1940-an, di dirikanlah Seminari Agung tempat pembelajaran yang di pindahkan dari Magelang dan Semarang.
Selanjutnya memasuki tahun 1942 Jepang mulai menjajah Indonesia, dan Jepang mempengaruhi pendidikan Indonesia hingga tahun 1945. Rakyat di jadikan pasukan perang oleh Jepang, dan di situlah muncul pasukan yang di sebut dengan Heiho dan Keibodan. Pengaruh pendidikan dari Jepang mengajarkan bahwa pemuda harus terbiasa untuk menjadi pemimpin dengan sehat secara fisik, mental, rohani dan negaranya. Akibat dari penjajahan Jepang, timbulah dampak yang cukup besar bagi sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta. Salah satunya adalah rakyat yang mengalami kebodohan, cacat fisik, sakit dan miskin. Namun, berkat tekad para pengajar yang kuat, mereka kemudian berhasil membangun lembaga pendidikan di Kota Yogyakarta agar bisa mencerdaskan kembali bangsa Indonesia. Nah, beberapa lembaga pendidikan yang berhasil di dirikan di kota tersebut setelah Proklamasi yaitu; Yayasan Pendidikan Perguruan Islam Republik Indonesia, SMA Kolese De Britto Yogyakarta, Badan Oesaha Kristen Republik Indonesia dan SMA Stella Duce Yogyakarta.

Perguruan Tinggi Gadjah Mada

Pada tanggal 3 Maret tahun 1946, Presiden Soekarno telah berhasil meresmikan gedung Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang saat ini kita sebut dengan Universitas Gadjah Mada atau UGM. Universitas Gadjah Mada merupakan universitas yang pertama kali berdiri di Indonesia pada tanggal 19 Desember tahun 1949. Setelah Universitas Gadjah Mada lahir, kemudian perguruan-perguruan tinggi lainnya pun ikut berdiri. Salah satunya adalah Institut Keguruan Ilmu Pendidikan atau yang di singkat IKIP dan juga berdirinya Universitas Negeri Yogyakarta atau UNY. Selanjutnya, lahir juga Sekolah Tinggi Islam (STI) yang kini di ubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). Dalam bidang kesenian dan pengetahuan, di dirikan Akademi Seni Rupa Indonesia atau yang di sebut dengan ARI.
Ada juga Akademi Musik Indonesia atau AMI, yang sekarang telah bergabung menjadi bagian dari Institut Seni Indonesia atau ISI di Yogyakarta. Nah tidak heran mengapa Kota Yogyakarta di juluki dengan kota pelajar dan pendidikan, karena universitas-universitas terbaik di Indonesia beradi di kota tersebut. Karena terkenal dengan kota pelajar, Kota Yogyakarta di isi dengan masyarakat-masyarakat dari seluruh Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di sana. Mulai dari Sabang hingga Merauke, kamu dapat bertemu dengan para pelajar dari berbagai suku dan budaya yang berbeda-beda. Tak heran kalau biaya hidup di Yogyakarta tergolong murah daripada di kota-kota lainnya. Kamu bisa mendapat nasi dengan harga Rp. 3.000 saja untuk sekali makan, dan rasanya juga cukup enak. Nah itulah yang menjadi alasan kota pelajar ada di Kota Yogyakarta.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait