Stigma Yang Masih Di Hadapi Wanita Setiap Hari Mulai Dari Gaya Hidup, Penampilan Hingga Bersuara Bebas Di Masyarakat. Kesetaraan gender telah berkembang pesat sejak kelompok hak pilih memperjuangkan hak untuk memilih lebih dari satu abad yang lalu. Namun setengah dari populasi dunia masih menghadapi hal tabu yang sudah ketinggalan zaman setiap hari. Wanita masih di haruskan untuk menghadapi kenyataan hidup mereka sendiri seperti menstruasi, gaji yang tidak setara, rambut tumbuh dan masih banyak hal lainnya. Padahal para pejuang Feminisme sudah menyuarakan keadilan bagi para wanita. Namun masih saja banyak yang menentang Feminisme dan bahkan mereka membentuk kelompok Anti-Feminisme. Hingga saat ini wanita masih di anggap mahkluk lemah yang harus taat kepada laki-laki dan tidak bisa dalam memimpin.
Padahal faktanya wanita adalah makhluk serba bisa, para wanita bisa melakukan segala hal sendirian tanpa bantuan laki-laki. Wanita juga mampu mengerjakan banyak hal dalam satu waktu bersamaan. Berbeda dengan laki-laki yang tidak bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu dan kebanyakan dari laki-laki menggantungkan kehidupannya sehari-hari kepada wanita. Dengan berada di dunia ini saja, perempuan secara otomatis berada dalam posisi yang di rugikan. Faktanya, perempuan sering kali mengalami penindasan sebelum keluar dari kandungan, acara pengungkapan gender dan aborsi berdasarkan jenis kelamin adalah contoh kuat mengapa kita masih perlu berjuang keras untuk mencapai kesetaraan. Sayangnya, daftar Stigma yang di hadapi perempuan sehari-hari terlalu panjang untuk di hitung di sini, namun kami telah memilih beberapa Stigma yang masih ada dan sebenarnya tidak seharusnya ada.
Stigma Yang Masih Melekat Hingga Saat Ini
Berikut ini adalah Stigma Yang Masih Melekat Hingga Saat Ini dan harusnya di hilangkan saja, berikut stigmanya:
- Stigma Menstruasi. Menstruasi adalah hal umum yang di alami semua wanita di dunia ini. Namun, masih saja ada orang yang mengganggap kalau menstruasi adalah hal yang menjijikkan. Ketika pria mendengar seorang wanita sedang menstruasi, kebanyakan dari mereka akan menjauh dan mengganggap hal tersebut kotor. Faktanya, menstruasi itu baik untuk kesehatan wanita, darah yang keluar adalah darah kotor dari dalam tubuh. Dan kebanyakan pria sangat anti dengan pembalut wanita, bagi banyak masyarakat, pembalut adalah hal yang memalukan.
- Stigma Kerja. Orang beranggapan bahwa tenaga pria lebih kuat dari wanita. Faktanya memang benar, namun tidak semua wanita lemah, wanita itu adalah mahkluk kuat yang di lapisi kelembutan. Tapi dalam dunia kerja, wanita sering kali di anggap sepele dan di beri gaji yang berbeda dari laki-laki. Mereka menggangap kalau wanita tidak sehebat pria dalam bekerja, padahal wanita adalah mahkluk multifungsi yang bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Kebanyakan lapangan kerja juga di isi oleh pria, sementara wanita harus berjuang untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.
- Stigma Wanita Tanpa Anak. Wanita yang tidak bisa memiliki anak di anggap sebagai wanita gagal oleh masyarakat. Padahal bisa saja yang bermasalah adalah sang pria, bukan sang wanita. Namun, kebanyakan masyarakat selalu menyalahkan wanita jika ia tidak memiliki anak. Memiliki anak juga merupakan tanggungjawab yang besar seumur hidup. Dan kebanyakan pria tidak mau ikut terlibat dalam mengasuh anak tersebut. Itulah mengapa banyak wanita zaman sekarang lebih memilih tidak mempunyai anak atau chidlfree.
- Stigma Rambut Tumbuh. Rambut yang di maksud adalah bulu-bulu yang ada pada tubuh wanita. Seperti bulu ketek, bulu kaki, bulu tangan dan lainnya. Masyarakat beranggapan kalau wanita berbulu maka ia tidak mengurus dirinya dengan benar.
Hal Yang Seharusnya Di Hilangkan
Berikut ini adalah stigma yang masih melekat hingga saat ini dan ini menjadi Hal Yang Seharusnya Di Hilangkan saja, berikut stigmanya:
- Stigma Kepuasan Seksual. Dalam hubungan pernikahan, pasangan suami dan istri seringkali bertengkar karena urusan seksualitas mereka. Bagaimana tidak, jika pria sudah mencapai orgasmenya maka ia sudah merasa cukup dan langsung tidur. Namun kebanyakan wanita belum mencapai titik itu, pria mengganggap wanita hanya menjadi pemuas saja, tanpa mempedulikan apakah wanita sudah mencapai titiknya atau belum.
- Stigma Amarah. Banyak yang beranggapan kalau pria adalah mahkluk serba salah di mata wanita. Faktanya wanita marah bukan karena sifatnya yang pemarah, namun ada hal-hal yang di lakukan oleh pria yang salah dan memicu kemarahan dari wanita. Dan ketika wanita marah, orang-orang akan beranggapan kalau wanita adalah orang yang kasar dan arogan. Padahal marah merupakan sifat alami semua orang.
- Stigma Melahirkan. Di negara kita ini, jika wanita melahirkan dengan normal maka wanita akan di anggap sebagai ibu yang seutuhnya karena sudah berjuang hidup dan mati untuk melahirkan anak. Namun, jika wanita melahirkan melalu operasi cesar, maka wanita di anggap bukan ibu sepenuhnya oleh banyak masyarakat. Padahal normal atau operasi tetap saja wanita mengandung sembilan bulan dan mempertaruhkan nyawa ketika melahirkan anak. Baik normal maupun operasi semua memilki resiko masing-masing.
- Stigma Menyusui. Sudah di pusingkan dengan stigma melahirkan, wanita juga harus menghadapi stigma menyusui. Bagaimana tidak, banyak wanita yang air susunya hanya sedikit dan tidak cukup untuk di berikan kepada bayinya. Maka dari itu wanita mengatasinya dengan memberikan susu formula kepada bayinya. Namun kebanyakan masyarakat mengganggap hal itu tidak baik. Apalagi jika wanita menyusui di tempat publik, orang-orang akan mengganggap hal itu perbuatan tidak senonoh.
Stigma Yang Paling Sering Terjadi
Berikut ini adalah Stigma Yang Paling Sering TerjadiΒ dan harusnya di hilangkan saja, berikut stigmanya:
- Stigma Gender Secara Umum. Wanita sering kali di sepelakan, misalnya jika berpergian ke alam seperti kemping. Jika wanita ikut, pria cenderung akan merasa kerepotan dan mengatakan kalau wanita hanya jadi beban saja. Padahal banyak wanita yang memiliki fisik yang kuat dan suka berpergian ke alam sendirian atau bersama wanita lainnya. Wanita juga sering menerima pelecehan verbal di manapun mereka berada, bahkan di tempat ibadahpun masih saja ada wanita yang mengalami pelecehan seksual. Masyarakat juga beranggapan kalau wanita tidak bisa menjadi pemimpin dan kedudukannya tidak boleh lebih tinggi daripada pria. Padahal wanita memiliki pemikiran lebih baik dalam memimpin.
- Stigma Usia. Saat wanita memasuki usia yang sudah dewasa maka wanita akan di hujani pertanyaan mengenai pernikahan. Orang beranggapan bahwa wanita yang sudah melewati usia 30, maka tingkat kesuburannya menurun dalam memiliki keturunan. Berbeda dengan pria, usia berapapun pria menikah, pria tetap akan bisa memiliki anak. Padahal menikah dan memiliki anak itu bukan ajang perlombaan dan tidak bisa di ukur dari usia seseorang. Kita harus memiliki mental dan kesiapan untuk membangun rumah tangga dan mendidik anak kedepannya. Karena menjadi istri dan ibu merupakan tanggungjawab besar yang di lakukan seumur hidup dan bukan menjadi Stigma.