Penyakit Bipolar Yang Harus Kamu Ketahui Tanda Tandanya

Penyakit Bipolar Yang Harus Kamu Ketahui Tanda Tandanya
Penyakit Bipolar Yang Harus Kamu Ketahui Tanda Tandanya

Penyakit Bipolar Menjadi Penyakit Yang Kini Cukup Trending Di Mana Hampir Secara Keseluruhan Banyak Pengidapnya Dengan Penyebab Yang Beragam. Pada abad ke-5 SM, filsuf Yunani Hippocrates menggambarkan gejala depresi dan mania sebagai dua kutub berlawanan dari gangguan suasana hati. Pada abad ke-19, sejumlah dokter dan peneliti seperti Jules Baillarger, Jean-Pierre Falret, dan Emil Kraepelin menyumbangkan pemahaman yang lebih sistematis tentang gangguan suasana hati. Kraepelin mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kondisi ini sebagai penyakit manik-depresif dalam karyanya “Manic-Depressive Illnesses” pada awal abad ke-20. Pada tahun 1980, “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Third Edition” (DSM-III) mencantumkan gangguan Penyakit Bipolar sebagai entitas diagnostik terpisah. Pemahaman tentang spektrum bipolar menjadi lebih terperinci, dengan membedakan antara bipolar tipe I dan tipe II.

Studi tentang genetika, struktur otak, dan neurotransmitter telah memberikan wawasan baru tentang faktor faktor yang mendasari perkembangan dan pemeliharaan gangguan ini. Pada abad ke-20, pengembangan obat obatan untuk mengelola gejala penyakit bipolar menjadi semakin signifikan. Lithium, yang di akui sebagai pengobatan utama untuk mencegah episode mania dan depresi, di temukan efektif pada tahun 1949. Selain itu, obat obatan stabilizer mood dan antipsikotik telah menjadi bagian integral dari manajemen penyakit ini. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang masalah kesehatan mental dan upaya untuk mengurangi stigma telah membantu meningkatkan identifikasi dan penanganan penyakit bipolar.Terapi psikososial, termasuk terapi kognitif-behavioral, terapi interpersonal, dan dukungan keluarga, semakin ditekankan sebagai bagian penting dari perawatan Penyakit Bipolar.

Dampak Yang Umumnya Terkait Dengan Penyakit Bipolar

Penyakit bipolar dapat memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan sehari hari, hubungan interpersonal, dan kesejahteraan psikologis seseorang. Beberapa Dampak Yang Umumnya Terkait Dengan Penyakit Bipolar melibatkan aspek aspek berikut. Individu dengan penyakit bipolar mungkin mengalami kesulitan dalam mempertahankan hubungan interpersonal, baik dengan keluarga, teman, atau rekan kerja. Perubahan suasana hati yang ekstrim dapat mempengaruhi hubungan pribadi. Konflik dan ketidakstabilan emosional dapat menimbulkan kesulitan dalam menjalani hubungan romantis, pernikahan, atau orangtua anak. Episode mania yang tidak terkendali atau episode depresi yang parah dapat mengganggu kinerja di tempat kerja. Absensi yang tidak terduga, penurunan produktivitas, dan kesulitan berfokus dapat terjadi. Perilaku impulsif selama episode mania, seperti pengeluaran uang yang tidak terkendali, dapat menyebabkan masalah keuangan.

Ini dapat mencakup utang yang meningkat dan kesulitan dalam mengelola keuangan pribadi. Kurangnya perawatan diri selama episode mania atau depresi dapat menyebabkan risiko kesehatan fisik yang lebih tinggi. Misalnya, kurang tidur selama episode mania dapat merugikan kesehatan secara keseluruhan. Rasa malu atau stigmatisasi yang terkait dengan penyakit mental dapat menyebabkan isolasi sosial. Beberapa individu mungkin merasa sulit untuk berbagi pengalaman mereka atau mencari dukungan karena takut dicap sebagai “gila” atau di abaikan oleh orang lain. Individu dengan penyakit bipolar mungkin berisiko mengembangkan masalah kesehatan mental lainnya, seperti kecemasan atau gangguan penggunaan zat, yang dapat memperburuk keadaan. Dampak dampak di atas dapat secara keseluruhan mempengaruhi kualitas hidup. Perasaan tidak stabil, fluktuasi suasana hati yang ekstrem, dan tantangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi kebahagiaan dan kepuasan hidup.

Karakteristik Umum Seseorang Yang Terindikasi Penyakit Tersebut

Berikut adalah beberapa Karakteristik Umum Seseorang Yang Terindikasi Penyakit Tersebut. Seseorang dengan penyakit bipolar akan mengalami episode suasana hati yang ekstrim, yaitu episode mania dan episode depresi. Episode mania di tandai oleh suasana hati yang tinggi, euforia, atau kegembiraan berlebihan, sementara episode depresi di tandai oleh perasaan sedih, putus asa, dan kurangnya minat atau energi. Selama episode mania, seseorang mungkin mengalami peningkatan energi, hiperaktif, dan kurang tidur tanpa merasa lelah. Di sisi lain, selama episode depresi, energi dan aktivitas dapat menurun drastis, dan penderitanya mungkin merasa sangat lelah dan kehilangan minat pada aktivitas sehari hari. Pada episode mania, orang dengan bipolar mungkin mengalami insomnia atau kebutuhan tidur yang berkurang. Di sisi lain, pada episode depresi, pola tidur bisa berubah menjadi tidur berlebihan atau hipersomnia.

Fluktuasi berat badan dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan nafsu makan yang signifikan selama episode mania atau depresi. Selama episode mania, seseorang mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi, pemikiran yang terlalu cepat, atau kesulitan membuat keputusan. Di sisi lain, pada episode depresi, gangguan konsentrasi dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan juga dapat muncul. Selama episode mania, seseorang dapat menunjukkan perilaku impulsif yang berisiko, seperti pengeluaran uang yang tidak terkendali, keputusan seksual impulsif, atau partisipasi dalam aktivitas berisiko tanpa pertimbangan konsekuensi. Pada episode mania, seseorang mungkin menjadi sangat sosial, berbicara lebih banyak, dan memiliki tingkat energi yang tinggi. Di sisi lain, selama episode depresi, hubungan sosial dapat menjadi terganggu karena penurunan minat dan energi. Penyakit bipolar bersifat siklik, dengan episode mania dan depresi yang berulang dalam pola tertentu. Ciklus ini dapat bervariasi antara individu, dan beberapa orang mungkin mengalami episode mania atau depresi yang lebih berat di bandingkan yang lain.

Pengobatan Penyakit Bipolar

Pengobatan Penyakit Bipolar melibatkan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan terapi psikososial dan penggunaan obat obatan. Kebanyakan individu dengan penyakit bipolar memerlukan kombinasi dari kedua jenis perawatan ini untuk mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Pengobatan penyakit bipolar biasanya di sesuaikan berdasarkan jenis episode (mania atau depresi) dan tingkat keparahan. Melalui obat obatan dalam pengobatannya terdapat obat stabilizer mood, seperti lithium, valproate, atau lamotrigine, sering di gunakan untuk mengurangi episode mania dan depresi serta mencegah kambuhnya. Antipsikotik atipikal, seperti olanzapine, risperidone, atau aripiprazole, dapat di gunakan untuk mengelola gejala mania dan depresi. Pada beberapa kasus, antidepresan dapat di resepkan untuk membantu mengatasi gejala depresi. Namun, pemberian antidepresan harus di lakukan dengan hati hati karena dapat memicu episode mania.

Adapun melalui Terapi Psikososial seperti, Terapi Kognitif-Behavioral (CBT), terapi ini membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang dapat memperburuk gejala bipolar. Adapun Terapi Interpersonal dan Terapi Keluarga, terapi ini fokus pada perbaikan hubungan interpersonal dan dukungan keluarga, yang dapat memainkan peran penting dalam manajemen penyakit bipolar. Terakhir Terapi Elektrokonvulsif (ECT), ECT dapat di pertimbangkan pada kasus yang parah atau ketika obat obatan tidak efektif. Yang mana hal ini melibatkan pemberian rangsangan listrik yang terkendali untuk menciptakan perubahan pada aktivitas otak sehingga dengan demikian membantu mengatasi episode mania atau depresi. Selanjutnya pemantauan terus menerus oleh profesional kesehatan mental juga sangat penting. Pemantauan ini melibatkan penyesuaian dosis obat dan evaluasi respons terhadap pengobatan. Mengelola kesehatan fisik secara umum, termasuk tidur yang cukup, diet sehat, dan olahraga teratur, juga merupakan bagian penting dari manajemen Penyakit Bipolar.