Puasa Intermiten Benarkah Sebabkan Massa Otot Berkurang

Puasa Intermiten Benarkah Sebabkan Massa Otot Berkurang
Puasa Intermiten Benarkah Sebabkan Massa Otot Berkurang

Puasa Intermiten Benarkah Sebabkan Massa Otot Berkurang, Namun Hal Ini Masih Banyak Mitos Keliru Seputar Diet Ini. Maka dari itu dengan semacam Puasa Intermiten, atau intermittent fasting (IF). Bahkan itu merupakan pola makan yang melibatkan siklus antara periode makan dan puasa. Sebab dengan ini menjadi semakin populer sebagai strategi untuk penurunan berat badan dan peningkatan kesehatan secara keseluruhan. Namun, ada kekhawatiran bahwa puasa intermiten dapat menyebabkan berkurangnya massa otot, yang penting untuk metabolisme dan fungsi tubuh.

Kemudian melalui hal tersebut maka Puasa Intermiten melibatkan beberapa metode, seperti Puasa 16/8, berpuasa selama 16 jam dan makan selama 8 jam. Lalu puasa 5:2, Mengonsumsi makanan sangat sedikit (sekitar 500-600 kalori) selama dua hari non-berturut-turut dan makan normal selama lima hari. Sehingga terdapat juga Eat-Stop-Eat: Berpuasa selama 24 jam satu atau dua kali seminggu. Bahkan selama puasa, tubuh tidak mendapatkan asupan kalori, yang memaksa tubuh untuk menggunakan cadangan energi yang ada, seperti lemak dan glikogen. Namun jika puasa di lakukan dengan benar, tubuh akan mempertahankan massa otot selama periode ini. Sehingga studi ilmiah memberikan pandangan yang beragam terkait dampak puasa tersebut terhadap massa otot. Lalu beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa ini tidak menyebabkan penurunan massa otot yang signifikan bandingkan dengan diet pembatasan kalori konvensional.

Bahkan, beberapa studi menunjukkan bahwa IF dapat membantu dalam mempertahankan massa otot lebih baik daripada diet tradisional karena adanya siklus makan yang memungkinkan pemulihan dan pertumbuhan otot selama periode makan. Sehingga ini melibatkan puasa setiap dua hari. Maka dari itu pada hari puasa, asupan kalori bisa sangat sedikit atau tidak ada sama sekali, sementara pada hari non-puasa, seseorang makan seperti biasa. Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah. Dan juga penanda inflamasi, yang semuanya berkontribusi pada kesehatan jantung yang lebih baik. Kemudian selama puasa, tubuh memulai proses perbaikan seluler.

Potensi Risiko Puasa Intermiten

Maka yang di mana terdapat penyebab Potensi Risiko Puasa Intermiten adalah pola makan yang melibatkan siklus antara periode makan dan berpuasa. Meskipun memiliki banyak manfaat, seperti penurunan berat badan, peningkatan sensitivitas insulin dan potensi perpanjangan umur, ada beberapa potensi risiko yang perlu di perhatikan.

Bahkan puasa intermiten dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi jika tidak di lakukan dengan benar. Maka ketika periode makan terbatas, ada risiko bahwa seseorang tidak mendapatkan cukup vitamin dan mineral yang di perlukan tubuh. Tentunya ini terutama berlaku jika pilihan makanan tidak sehat atau jika asupan kalori terlalu rendah. Lalu kekurangan nutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk anemia, kelemahan otot dan gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Setiap perubahan drastis dalam pola makan seperti yang terjadi pada puasa intermiten dapat mempengaruhi sistem pencernaan. Dengan beberapa orang mungkin mengalami sembelit, kembung, atau gangguan pencernaan lainnya. Dan bisa terjadi karena perubahan dalam rutinitas makan yang mengganggu ritme alami tubuh. Selain itu makan dalam jumlah besar selama periode makan dapat membebani sistem pencernaan, menyebabkan ketidaknyamanan.

Lalu puasa intermiten dapat memiliki efek psikologis yang signifikan. Sehingga bagi beberapa orang membatasi makan bisa memicu pola makan yang tidak sehat atau memperburuk kondisi seperti gangguan makan. Kemudian stres dan kecemasan terkait dengan pembatasan makanan juga bisa muncul, terutama jika seseorang merasa terobsesi dengan waktu makan dan jenis makanan yang di konsumsi. Dalam beberapa kasus, puasa intermiten dapat menyebabkan hubungan yang tidak sehat dengan makanan.

Pengaruh Psikologis

Kemudian di mana puasa intermiten merupakan pola makan yang melibatkan siklus antara periode makan dan berpuasa. Selain dampak fisik ini juga memiliki Pengaruh Psikologis yang signifikan baik positif maupun negatif. Dalam memahami pengaruh ini penting untuk mengoptimalkan manfaat puasa intermiten dan menghindari potensi masalah kesehatan mental.

Dampak Positif

Sehingga puasa intermiten memerlukan kedisiplinan dalam mengatur waktu makan. Dan bagi banyak orang, hal ini bisa meningkatkan rasa kendali mereka kita dan di siplin. Bahkan mengikuti jadwal makan yang ketat dapat memberikan struktur dan rutinitas, yang sering kali dapat membantu mengurangi kebiasaan makan berlebihan atau ngemil tanpa kontrol. Sehingga beberapa orang melaporkan peningkatan fokus dan kejernihan mental selama periode puasa. Dengan tanpa perlu memikirkan makanan atau merasa kenyang, otak mungkin dapat bekerja lebih efisien. Sebab ini bisa terkait dengan perubahan metabolisme dan peningkatan produksi keton, yang berfungsi sebagai sumber energi alternatif bagi otak.

Dampak Negatif

Di mana dengan puasa intermiten bisa menimbulkan stres dan kecemasan terutama bagi mereka yang baru memulai atau yang memiliki hubungan tidak sehat dengan makanan. Kemudian ketika seseorang sangat memperhatikan jadwal makan, mereka mungkin merasa cemas jika tidak bisa mengikuti jadwal tersebut. Dan ketegangan ini dapat mengganggu kesehatan mental secara keseluruhan. Maka kemudian bagi individu yang memiliki riwayat gangguan makan atau kecenderungan terhadap perilaku makan yang tidak sehat, puasa intermiten bisa memicu atau memperburuk kondisi tersebut. Terdapat pola makan yang sangat terbatas dan fokus yang berlebihan pada waktu makan bisa menyebabkan seseorang mengembangkan perilaku seperti binge eating (makan berlebihan) atau anoreksia.

Oleh sebab itu pembatasan kalori yang ketat selama periode puasa bisa menyebabkan kelelahan mental. Di dalam kurangnya energi yang cukup dapat mempengaruhi suasana hati dan kemampuan untuk berpikir jernih. Sehingga akan dapat bisa mengakibatkan perasaan mudah marah, frustrasi, atau bahkan depresi.

Fluktuasi Berat Badan

Maka dengan semacam hal seperti Fluktuasi Berat Badan dengan Puasa intermiten, atau intermittent fasting (IF), adalah pola makan yang melibatkan periode puasa dan makan yang teratur. Sebab di mana IF telah menjadi populer karena klaim manfaat kesehatannya, termasuk penurunan berat badan. Kemudian Fluktuasi berat badan merupakan salah satu efek yang sering di laporkan oleh orang-orang yang mengikuti metode ini.

Sebab IF melibatkan pembatasan asupan makanan selama periode tertentu, seperti metode 16/8 (puasa 16 jam, makan 8 jam) atau 5:2 (makan normal selama 5 hari dan puasa rendah kalori selama 2 hari). Dengan mengurangi jendela makan tubuh mengalami defisit kalori yang dapat menyebabkan penurunan berat badan. Sehingga selama periode puasa, tubuh tidak menerima asupan kalori sehingga harus menggunakan simpanan energi (lemak) untuk memenuhi kebutuhan energi. Hingga puasa menurunkan kadar insulin hormon yang menyimpan lemak. Dengan rendahnya kadar insulin, tubuh lebih mudah membakar lemak. Di dalam proses ini membantu tubuh mendaur ulang sel-sel rusak yang dapat meningkatkan kesehatan metabolik. Dan bahkan mendukung penurunan berat badan.

Meskipun banyak orang mengalami penurunan berat badan dengan IF, fluktuasi berat badan juga umum terjadi karena beberapa faktor. Melalui dari semacam perubahan pola makan dan jenis makanan yang di konsumsi selama periode makan dapat menyebabkan tubuh menyimpan lebih banyak air yang berdampak pada fluktuasi berat badan dari Puasa Intermiten.

Exit mobile version