Seni Tenun Ikat Dayak Warisan Budaya Yang Tak Tergantikan Merupakan Karya Seni Yang Di Pelajari Dan Di Wariskan Dari Generasi Ke Generasi. Tenun ikat Dayak tidak hanya sekadar kain, melainkan juga simbol keberagaman etnis dan kekayaan kreativitas manusia. Penggunaan tenun ikat di kalangan suku Dayak memiliki sejarah yang kaya dan panjang. Di percaya telah ada sejak masa pra-sejarah, mungkin sejak ribuan tahun yang lalu. Tenun ikat menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak. Di gunakan dalam upacara adat, ritual keagamaan, serta sebagai pakaian sehari-hari.
Proses pembuatan Seni Tenun ikat Dayak memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi. Mulai dari memilih serat alami seperti kapas, hingga proses pewarnaan alami dengan menggunakan bahan-bahan organik seperti tumbuhan dan akar-akaran. Salah satu ciri khas tenun ikat Dayak adalah motifnya yang beragam. Masing-masing memiliki makna dan simbol yang dalam. Seperti simbol-simbol alam, binatang, atau perlambang dari mitologi lokal. Setiap motif dalam tenun ikat Dayak memiliki makna dan simbolisme tersendiri. Beberapa motif mungkin mewakili perlindungan dari roh jahat, sementara yang lain menandakan status sosial atau tahapan dalam kehidupan seseorang. Motif-motif tersebut menjadi cara bagi masyarakat Dayak untuk menyampaikan cerita, tradisi, dan kepercayaan mereka dari generasi ke generasi.
Meskipun memiliki nilai budaya dan artistik yang tinggi. Seni Tenun ikat Dayak saat ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk modernisasi dan perubahan pola hidup masyarakat. Semakin sedikitnya generasi muda yang tertarik untuk mempelajari dan meneruskan tradisi tenun ikat menjadi salah satu ancaman serius terhadap keberlangsungan praktik ini. Upaya tenun ikat Dayak menjadi sangat penting. Berbagai organisasi non-pemerintah dan inisiatif lokal telah berusaha untuk melestarikan tradisi ini, baik melalui program pelatihan bagi generasi muda maupun dengan memperluas pasar untuk produk-produk tenun ikat Dayak melalui promosi dan pemasaran yang lebih luas.