Penyakit Tuberkulosis Tertinggi No 2 Di Duduki Negara Indonesia

Penyakit Tuberkulosis Tertinggi No 2 Di Duduki Negara Indonesia

Penyakit Tuberkulosis Merupakan Salah Satu Dari Sekian Banyak Penyakit Yang Cukup Serius Dan Bisa Berdampak Sangat Fatal Dalam Kesehatan. Peninggalan tulang manusia dari zaman Mesir kuno dan Meksiko pra-Columbus menunjukkan tanda tanda infeksi TBC. Orang Yunani kuno seperti Hippocrates dan Galen menyadari bahwa penyakit ini menyerang paru paru dan dapat menyebar dari satu individu ke individu lainnya. Abad ke-18 dan 19, terutama selama Revolusi Industri dan periode urbanisasi, menyaksikan peningkatan kasus TBC. Kondisi kondisi di lingkungan perkotaan yang padat dan kurangnya akses terhadap fasilitas sanitasi berkontribusi pada penyebaran penyakit ini. Pada tahun 1882, seorang ilmuwan Jerman bernama Robert Koch mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosis sebagai bakteri penyebab Penyakit Tuberkulosis.

Vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG) pertama kali di kembangkan pada tahun 1921 sebagai upaya untuk mengendalikan penyebaran TBC. Penemuan antibiotik, terutama streptomisin pada tahun 1944, membuka era baru dalam pengobatan TBC. Seiring waktu, bakteri TBC menjadi resisten terhadap beberapa antibiotik. Pengelolaan kasus TBC resisten obat menjadi fokus utama dalam upaya pengendalian penyakit ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendirikan Program Pengendalian TBC pada tahun 1995 untuk meningkatkan upaya global dalam mengatasi TBC. Meskipun TBC masih menjadi masalah kesehatan global, terdapat penurunan angka kasus dan kematian Penyakit Tuberkulosis dalam beberapa dekade terakhir, terutama melalui upaya screening, pengobatan dini, dan program pencegahan.

Faktor Faktor Yang Dapat Menyebabkan Seseorang Terinfeksi Penyakit Tuberkulosis

Penyakit tuberkulosis (TBC) di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyebab utama TBC adalah infeksi oleh bakteri ini. Berikut adalah cara penularan dan Faktor Faktor Yang Dapat Menyebabkan Seseorang Terinfeksi Penyakit Tuberkulosis. TBC umumnya menyebar melalui udara. Ketika orang yang terinfeksi TBC batuk, bersin, atau berbicara, bakteri dapat di lepaskan ke udara dalam bentuk droplet (titik cair). Orang lain dapat terinfeksi dengan menghirup droplet yang mengandung bakteri tersebut. Penularan TBC terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Ini dapat terjadi ketika seseorang berada dalam jarak dekat dengan penderita TBC aktif, terutama dalam lingkungan yang kurang ventilasi. Tuberkulosis paru adalah bentuk paling umum dari penyakit TBC.

Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko lebih tinggi terkena TBC. Orang yang terus menerus terpapar pada lingkungan dengan tingkat infeksi TBC yang tinggi memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi. Ini dapat terjadi di lingkungan rumah tangga atau tempat kerja di mana ada orang yang terinfeksi TBC. Meskipun kasus ini jarang, M. bovis, jenis bakteri TBC yang berbeda, dapat di tularkan dari hewan, melalui konsumsi susu yang tidak di pasteurisasi atau kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Lingkungan dengan ventilasi yang buruk, seperti ruangan yang sempit dan berpenghuni banyak, dapat meningkatkan risiko penularan TBC. Pada beberapa kasus, TBC dapat menular di lingkungan perawatan kesehatan, terutama jika tidak di terapkan langkah langkah keamanan yang memadai.

Langkah Langkah Dan Metode Yang Umum Di Gunakan Dalam Temuan TBC

Penyakit tuberkulosis (TBC) di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyerang berbagai bagian tubuh, terutama paru paru, meskipun organ tubuh lainnya juga dapat terkena. Temuan penyakit TBC melibatkan berbagai proses diagnostik dan identifikasi bakteri TBC. Berikut adalah Langkah Langkah Dan Metode Yang Umum Di Gunakan Dalam Temuan TBC.

  1. Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai gejala klinis yang mungkin terkait dengan TBC, seperti batuk kronis, demam, penurunan berat badan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
  2. Tes tuberkulin, atau Mantoux test, dapat di lakukan untuk menilai reaksi kulit terhadap protein yang di sebut tuberkulin. Reaksi positif menunjukkan paparan sebelumnya terhadap bakteri TBC, meskipun tes ini tidak dapat membedakan antara infeksi aktif dan infeksi sebelumnya.
  3. Pemeriksaan darah, seperti uji interferon-gamma release assay (IGRA), dapat membantu mendeteksi keberadaan Mycobacterium tuberculosis dalam tubuh. Tes ini lebih spesifik daripada Mantoux test.
  4. Pemeriksaan sputum adalah langkah penting dalam diagnosis TBC paru. Penderita di minta untuk menghasilkan sampel dahak yang kemudian di periksa di laboratorium untuk mendeteksi bakteri TBC.
  5. Foto rontgen paru dapat memberikan gambaran tentang adanya lesi atau kerusakan paru paru yang mungkin di sebabkan oleh infeksi TBC.
  6. Pemeriksaan kultur bakteri di lakukan dengan menumbuhkan bakteri TBC dari sampel sputum atau cairan tubuh lainnya. Ini dapat memastikan keberadaan bakteri dan membantu dalam pengujian kepekaan terhadap antibiotik.
  7. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan biopsi jaringan mungkin di perlukan untuk mendapatkan sampel dari organ yang terkena, seperti kelenjar getah bening atau bagian lain yang terinfeksi.
  8. Pemeriksaan molekuler, seperti uji PCR (Polymerase Chain Reaction), dapat di gunakan untuk mendeteksi DNA bakteri TBC. Metode ini dapat memberikan hasil lebih cepat daripada kultur bakteri.
  9. GenXpert adalah metode diagnostik molekuler yang menggabungkan PCR dan tes kepekaan obat dalam satu uji. GenXpert dapat memberikan hasil cepat dan mendeteksi kepekaan terhadap rifampisin, salah satu antibiotik yang umum di gunakan untuk mengobati TBC.

Langkah Langkah Umum Dalam Pengobatan Penyakit Tuberkulosis

Penyembuhan penyakit tuberkulosis (TBC) melibatkan pengobatan intensif dan disiplin yang di lakukan oleh penderita. Pengobatan TBC umumnya menggunakan kombinasi antibiotik selama periode waktu yang cukup lama untuk memastikan bahwa semua bakteri TBC di hilangkan. Program pengobatan ini di kenal sebagai terapi tuberkulosis (TB). Berikut adalah Langkah Langkah Umum Dalam Pengobatan Penyakit Tuberkulosis. Pengobatan TBC melibatkan penggunaan obat yang umumnya di gunakan termasuk isoniazid, rifampisin, pyrazinamide, ethambutol, dan streptomisin. Selanjutnya pengobatan TBC biasanya berlangsung selama beberapa bulan hingga setahun tergantung pada jenis dan keparahan penyakit, serta respon penderita terhadap pengobatan. Pengobatan TBC harus di awasi oleh tenaga medis yang berpengalaman. Terapi tuberkulosis sering kali di sajikan dalam bentuk terawasi langsung (DOT, Directly Observed Therapy), yang artinya pasien minum obat di hadapan petugas kesehatan untuk memastikan kepatuhan dan keberhasilan pengobatan.

Penderita akan di uji secara teratur untuk memastikan bahwa pengobatan berjalan efektif. Hal ini melibatkan pemeriksaan sputum dan pemeriksaan medis lainnya untuk memantau perkembangan penyakit. Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping, dan manajemen efek samping ini juga menjadi bagian penting dari perawatan. Jika ada efek samping yang tidak dapat di toleransi, dokter mungkin akan mengubah rencana pengobatan. Vaksin BCG tidak di gunakan sebagai pengobatan TBC aktif, tetapi pada beberapa kasus, pemberian vaksin BCG dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi TBC pada anak anak. Pada beberapa kasus, orang yang terinfeksi TBC mungkin perlu di isolasi untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain. Penderita TBC aktif di instruksikan untuk meminimalkan risiko penularan dengan menggunakan masker, menjaga kebersihan pribadi, dan menghindari kontak dengan orang lain, terutama dengan mereka yang memiliki risiko tinggi terhadap Penyakit Tuberkulosis.

Exit mobile version